Headlines News :
Home » » Stop Kekerasan Terhadap Wartawan

Stop Kekerasan Terhadap Wartawan

Written By Unknown on Selasa, 27 November 2012 | 10:51:00 AM

OLEH : Agus Setiyadi (Kuprit)
Ketua LSM GUNTUR (Gerakan Untuk Rakyat) Bojonegoro

Menonton berita di TV, tak hanya memberikan kita pengalaman baru tentang berita secara visual. Tapi terkadang juga mempertontonkan bagaimana berita itu dibuat, bagaimana wartawan mendapat berita, bahkan hingga bagaimana tindakan wartawan.

Menonton berita, sering mempertontonkan wartawan yang menjadi objek kekerasan. Misalnya korban bom pesawat tempur amerika yang ‘secara tak sengaja’ (kata militer USA) membom atap salah satu gedung dimana terdapat wartawan Al-Jazeera mengambil gambar. Secara tak sengaja wartawan menjadi objek berita. Wartawan menjadi objek kekerasan.

Belum lagi kejadian-kejadian pemukulan terhadap wartawan yang sering terjadi di nusantara ini akibat seseorang atau sekelompok orang tidak senang dirinya menjadi objek pemberitaan. Kekerasan terhadap wartawan di dunia Indonesia bukan lagi hal yang baru. Umumnya kekerasan kepada wartawan karena orang yang diberitakan tak tahu atau memang lebih senang ‘menjawab’ berita dengan kekerasan.

Namun ada suguhan dari berita TV swasta nasional yang memutar balik kenyataan ‘wartawan korban kekerasan’. Suguhan berita petang itu, mempertontonkan betapa bringasnya wartawan. ‘Wartawan melakukan kekerasan’.

Semuanya berawal pada rasa ketidak senangan para pekerja pers itu terhadap pengawalan tersangka korupsi atau peristiwa apa saja.Mereka yang tidak senang akan kehadiran para Awak Media dan pada Akhirnya mereka menyewa para Body Guard untuk menganiaya bahkan tak segan-segan menghabisi Wartawan.

Contoh Kecil Kejadian tentang sidang Korupsi Bupati Kutai Karta Negara Para wartawan jengkel atas sikap para body guard itu. Pada tayangan berita itu, terlihat seseorang memukulkan kamera kepada salah seorang body guard. Sang body guard yang berpenampilan mahasiswa (karena menggandeng tas) lari tunggang langgang, namun masih terkejar oleh sejumlah wartawan yang marah. 

Body guard itu langsung dipukul, ditendang dan dimaki. “Ini bukan kutai,” terdengar seseorang berteriak saat body guard itu dihajar.Untungnya dia masih sempat lari menghindar. Itupun masih dikejar.

Tindakan para wartawan marah itu, menurut saya sama dengan nara sumber yang tak tahu cara menjawab berita. Bukankah masih ada jalan ‘ideal’ bagi wartawan untuk melakukan protes terhadap tindakan body guard yang super protektif. Kalaupun tak ada jalan lain, apakah wartawan harus menjadi preman dan menjotos?

Body guard memang bertugas melindungi majikannya, dari sesuatu yang akan mengganggu majikannya. Jadi tindakan berusaha menghalangi para wartawan untuk meliput Syaukani memang sudah pada tempatnya. Mereka sudah profesional sesuai pekerjaannya. Mereka telah melaksanakan sesuai ‘order’.

Untung saat wartawan meliput perang tak diberi senjata. Kalau diberi senjata, mungkin tak pergi meliput, malah ikut pula berperang. [Kuprit]

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Head Office : Gg.Koramil No.28 Kapas - Bojonegoro | | (0353) 593 3256 - 081 259 061 188
Periklanan : Nurul Amalin 085 851 878 586
Copyright@ © 2012. Beritaguntur.com - Email: guntur_pusat@yahoo.co.id
Website Resmi Berita Nasional Tabloidguntur.com@ AGUS KUPRIT