Reporter : Mahmud/Agus
BOJONEGORO Tabloidguntur.com - Petani Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander, yang menanam padi saat ini
mulai risau, mengingat pada musim kemarau seperti ini petani yang
menanam padi tidak serentak, sehingga banyak petani yang menanam padi
merugi dengan ulah burung emprit, yang berusaha memakan padi muda.
“
Sebenarnya menanam padi pada musim kemarau merusak tanah, tapi mau
gimana lagi disekitar lokasi sawah, teman-teman menanam padi, terpaksa
juga menanam padi dengan sistem gadu,” Ujar Gatot warga Dusun Panggang
Desa Ngumpakdalem.
Dijelaskan oleh Gatot, bahwa mulai tanam padi memang sudah ada saja
gangguan, pada padi umur 2 bulan hama yang menyerang adalah tikus, dan
mulai padi berbuah hingga sekarang terus menjaga disawah karena banyak
burung emprit.
“ Menunggu burung emprit, selalu menjadi pekerjaan rutin
mulai pagi hingga sore hari, bila tidak mau menjaga pastinya akan merugi
sebab burung yang menyerang ratusan, dan selalu bergerombol dalam
mencari makanan,” Tegasnya.
Sementara itu, Dasiyanto Kepala Desa Ngumpakdalem yang ditemui
disawah, menjelaskan bahwa warganya melakukan ini, tak lain hanya ingin
mendapatkan hasil padi baik yang tentunya hasilnya lebih dari biaya
tanam, seperti petani lain Kades Ngumpakdalem ini juga menyempatkan
mengobrak burung yang berusaha hinggap di lahan sawahnya.
“ Alat yang
disiapkan untuk mengobrak burung emprit, berupa ketapel (Plintengan
Red.) dan tanah yang dibulatkan kecil-kecil untuk dilempar sambil
berteriak, serta membangun gubuk ditengah sawah sambil diberi kaleng
bekas, dan ditarik pakai rafia,” Ungkapnya sambil mengayun-ayun tali
rafia yang terdengar bunyi kaleng bekas.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !