Headlines News :
Home » » Tradisi Sungkeman Di dalam Pesta Pernikahan

Tradisi Sungkeman Di dalam Pesta Pernikahan

Written By Unknown on Minggu, 10 Juni 2012 | 6:58:00 PM


Bojonegoro Metro News,
Salah satu budaya Jawa yang patut kita ketahui adalah tradisi sungkeman. Tradisi sungkeman ini menjadi ciri khas bagi masyarakat Jawa, dimana acara sungkeman biasanya diadakan untuk melengkapi acara tertentu misalnya acara pernikahan. Arti sungkeman sendiri berasal dari kata sungkem yang bermakna bersimpuh atau
duduk berjongkok sambil mencium tangan.
Tradisi sungkeman ini dapat kita jumpai di masyarakat Jawa pada moment tertentu misalnya pada hari raya lebaran atau dalam pesta pernikahan. Makna sungkeman merupakan wujud bakti anak kepada orang tua sekaligus sebagai tanda hormat anak kepada orang yang dianggap sebagai orang yang dituakan.
Dalam perkembangannya sekarang ini budaya sungkeman semakin jarang kita temukan, padahal filsafah sungkeman ini memiliki makna yang sangat bagus dan patut kita tanamkan pada generasi penerus agar mereka senantiasa mengingat betapa budaya Jawa senantiasa menjunjung tinggi bakti tulus kepada orang tua.
Tapi sangat di sayangkan tradisi sungkeman ini hanya ada dan di lakukan pada saat acara-acara tertentu saja,padahal harusnya tradisi ini bisa juga kita lakukan dan kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari di saat kita melakukan kesalahan dan meminta maaf baik kesalahan pada orang yang lebih tua atau orang yang muda dari kita sekalipun.
Adapun cara sungkeman yang memang sudah ada sejak nenek moyang kita adalah sebagai berikut : Pihak yang lebih tua duduk di kursi,dan orang-orang yang hendak melakukan prosesi sungkeman datang ke hadapan orang yang lebih tua,lalu ambillah posisi bersimpuh dan menghadap pada orang yang mau di sungkemi tersebut.
Rapatkan ke dua telapak tangan,dan ulurkan kepada orang tua,dan setelah telapak tangan saling bertemu lalu majukan badan anda ,telapak tangan di posisikan di atas kening sementara kepala anda tertuju lurus ke lutut yang member sungkem.Setelah di rasa cukup,maka tarik tangan anda secara perlahan dan mulailah melangkah mundur tetap dalam posisi bersimpuh,kira-kira dua kali mundur baru anda silahkan berdiri dan melakukan jalan biasa.
Inilah yang mungkin yang menyebabkan budaya sungkeman ini kurang begitu berkembang dan kurang di lestarikan,selain di anggap sulit dan tidak praktis kemungkinan budaya ini di anggap sebagai cermin budaya Feodal jaman kerajaan. (Agus Kuprit)

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Head Office : Gg.Koramil No.28 Kapas - Bojonegoro | | (0353) 593 3256 - 081 259 061 188
Periklanan : Nurul Amalin 085 851 878 586
Copyright@ © 2012. Beritaguntur.com - Email: guntur_pusat@yahoo.co.id
Website Resmi Berita Nasional Tabloidguntur.com@ AGUS KUPRIT