FOTO BY : KUPRIT |
Reporter :
AGUS SETIYADI
Tabloidguntur.com - Para nakhoda perahu memperbaiki perahu yang mulai berlubang. Pekerjaan
nakhoda perahu ini membutuhkan pengalaman bertahun-tahun dan selalu siap
sedia selama 24 jam.
Siang mendekati sore ketika lima orang berkumpul di pinggir sungai Bengawan Solo di Desa Kedungprimpen,Kecamatan Kanor, Bojonegoro.Mereka sedang memperbaiki perahu yang mulai bocor di sana sini. Selain itu,para awak perahu tersebut juga sedang mengecek kelayakan perahu agar siap dioperasikan.
Siang mendekati sore ketika lima orang berkumpul di pinggir sungai Bengawan Solo di Desa Kedungprimpen,Kecamatan Kanor, Bojonegoro.Mereka sedang memperbaiki perahu yang mulai bocor di sana sini. Selain itu,para awak perahu tersebut juga sedang mengecek kelayakan perahu agar siap dioperasikan.
”Kalau
memperbaiki total ya butuh waktu dua bulan.Tapi kalau ngruwing ya bisa
satu hari selesai,”kata Pardi,salah satu nakhoda perahu penyeberangan
Sungai Bengawan Solo.
Ngruwing adalah kegiatan menambal lubang-lubang kecil pada dinding perahu dengan menggunakan batu selo yang digerus dan dicampur dengan minyak tanah.Campuran itu berfungsi seperti lem. Pengecekan perahu memang sudah menjadi keseharian para nakhoda perahu. Mereka sangat akrab dengan sungai Bengawan Solo.Pardi sendiri yang sudah 10 tahun menjadi nakhoda perahu mengaku masih belum apa-apa dibandingkan dengan nakhoda lain.
Ngruwing adalah kegiatan menambal lubang-lubang kecil pada dinding perahu dengan menggunakan batu selo yang digerus dan dicampur dengan minyak tanah.Campuran itu berfungsi seperti lem. Pengecekan perahu memang sudah menjadi keseharian para nakhoda perahu. Mereka sangat akrab dengan sungai Bengawan Solo.Pardi sendiri yang sudah 10 tahun menjadi nakhoda perahu mengaku masih belum apa-apa dibandingkan dengan nakhoda lain.
Selain Memperbaiki Perahunya,di Musim Penghujan ini Pardi juga memperbaiki Jembatan tempat berlabuh Perahu,dan tempat menurunkan penumpang.
”Saya pernah saat membawa penumpang tiba-tiba baling-baling pecah setelah menghantam kayu hanyut. Otomatis mesin tidak normal dan hanya mengandalkan dayung. Saya coba tidak panik dan membawa perahu ke tepian meski sempat terseret berpuluh meter,”terangnya. Jika dihitung secara matematis, menjadi nakhoda bukan pekerjaan yang menjanjikan.
Sebagai pekerjaan sosial setiap hari rata-rata ia membantu menyeberangkan 1.000 orang dari Desa Plumpang Kabupaten Tuban Menuju Desa Kedungprimpen Kecamatan Kanor Bojonegoro,atau begitu sebaliknya dan untuk upah saya tidak menarget Nilainya.
Dan apalagi Musim hujan ini saya dan teman-teman harus hati-hati dalam menyeberangkan penumpang,apalagi kalau anak-anak sekolah saya lebih berhati-hati dengan kondisi air bengawan solo yang sudah naik seperti ini. [Kuprit]
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !